10 Oktober 2019

Adab-Adab Penuntut Ilmu


Adab-Adab Penuntut Ilmu


Pertanyaan:

Sungguh Allah telah mengkaruniakan kepadaku yaitu menuntut ilmu. Maka apa saja adab-adab yang kalian nasehatkan kepadaku agar berhias diri dengannya?

Jawaban:

Alhamdulillah

Sungguh bagi penuntut ilmu ada banyak adab-adab yang harus bagi orang yang menuntut ilmu untuk berhias diri dengannya. Maka untukmu wasiat-wasiat dan adab-adab dalam menuntut ilmu ini. Semoga Allah memberikan manfaat kepadamu dengannya.

1. Bersabar

Wahai saudara yang mulia, sesungguhnya menuntut ilmu merupakan diantara perkara-perkara yang mulia dan tinggi kedudukannya yang tidak bisa didapatkan kecuali dengan bersusah payah. Berkata Abu Tamam mengajak dirinya sendiri:

ذريني أنالُ ما لا يُنال من العُلى   ...   فصَعْبُ العلى في الصعب والسَّهْلُ في السَّهل
تريدين إدراك المعالي رخيـصة   ...   ولا بد دون الشهد من إبَر النحـــل

“Biarkan aku meraih apa-apa yang belum diraih dari kemuliaan   #   Maka kesulitan meraih kemuliaan itu pada kesulitan dan kemudahannya pada kemudahan.

Engkau sangat ingin memperoleh kemuliaan dengan murah   #   Padahal pengambilan madu harus merasakan sengatan lebah.”

Dan berkata yang lain:

دببت للمجد والساعون قد بلغوا   ...   جُهد النفوس وألقـوا دونـه الأُزرا
وكابدوا المجد حتى ملَّ أكثرُهُم   ...   وعانق المجد من أوفى ومن صبرا
لا تحسبن المجد تمراً أنت آكله   ...   لن تبلغ المجد حتى تَلْعَقَ الصَـبِرَا

“Aku merangkak untuk mencari kemuliaan dan orang-orang yang berusaha sudah tiba   #   Pada kesungguhan jiwa dan demi itu mereka mengeluarkan seluruh tenaga.

Mereka mengejar kemuliaan sampai bosan kebanyakan mereka   #   Orang yang meraih kemuliaan adalah siapa yang menepati janji dan bersabar.

Jangan engkau sangka bahwa kemuliaan itu seperti kurma yang manis engkau makan   #   Engkau tidak akan berhasil mencapai kemuliaan sampai engkau menjilat pohon yang pahit.”

Maka bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran. Kalau jihad saja membutuhkan kesabaran, maka penuntut ilmu membutuhkan kesabaran sampai akhir dari umurnya. Allah ta’ala berfirman:

{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ }

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Surah Ali ‘Imran: 200)

2. Ikhlas dalam Beramal

Komitmenkanlah ikhlas dalam amalanmu dan jadikan tujuanmu adalah untuk mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat. Jauhilah darimu perkara riya’ dan cinta popularitas dan cinta kedudukan atas orang lain. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 ))مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ((

“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menandingi (berbangga-bangga) dengan para ulama’ atau untuk mendebat orang-orang bodoh atau untuk memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. An-Nasa-i no. 2654 dan dihasankan Syaikh Al-Albani di dalam Shahih An-Nasa-i)

Kesimpulannya: Wajib atas engkau untuk mensucikan lahir dan bathin dari segala dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil.

3. Mengamalkan Ilmu

Ketahuilah, bahwa mengamalkan ilmu itu merupakan buah dari ilmu. Barangsiapa yang berilmu dan tidak mengamalkan maka sungguh dia telah menyerupai kaum yahudi yang Allah misalkan mereka dengan sejek-jeleknya permisalan di dalam Kitab-Nya. Allah berfirman:

{ مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ }

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim.” (Surah Al-Jumu’ah: 5)

Dan barangsiapa yang beramal tanpa ilmu maka sungguh dia telah menyerupai kaum nashara, dan mereka adalah orang-orang yang sesat yang disebutkan di dalam surah Al-Fatihah.

4. Selalu Merasa Diawasi Allah

Engkau wajib berhias diri dengan selalu merasa diawasi Allah ta’ala baik dalam kondisi sembunyi maupun terang-terangan. Berjalan menuju Rabbmu berada di antara takut dan berharap. Sesungguhnya keduanya bagi seorang muslim adalah seperti dua sayap burung. Maka datanglah menuju Allah dengan segala kemampuanmu. Penuhi hatimu dengan kecintaan kepada-Nya, dan bagi lisanmu untuk berdzikir kepada-Nya, dan merasa gembira, senang, dan ceria dengan hukum-hukum-Nya dan hikmah-hikmah-Nya subhanah.

Perbanyak berdo’a kepada Allah dalam setiap sujud agar membukakan kepadamu dan memberikan rizki kepadamu berupa ilmu yang bermanfaat. Maka sesungguhnya apabila engkau jujur kepada Allah maka Allah akan memberikan taufiq kepadamu dan menolongmu, dan mengantarkanmu kepada derajat ulama’ yang rabbani.

5. Menggunakan Waktu-Waktu

Wahai orang yang cerdas, bersegeralah menggunakan masa mudamu dan waktu-waktu dari umurmu untuk membuahkan hasil. Jangan tertipu dengan tipuan menunda-nunda dan harapan kosong, sesungguhnya setiap jam akan berlalu dari umurmu dan tidak ada gantinya. Putuslah sesuai kemampuanmu hubungan dari semua hal yang menyibukkan dan rintangan-rintangan yang dapat menghalangi dari kesempurnaan menuntut ilmu. Curahkan segala kemampuanmu dan kesungguhanmu untuk membuahkan hasil. Sesungguhnya waktu seperti pemotong-pemotong jalan.

Oleh karena itu ulama’ salaf memilih mengasingkan diri dari keluarga dan menjauh dari tempat kelahiran. Karena fikiran apabila terpecah-pecah maka akan sulit menerima kebenaran dan yang detail menjadi tidak jelas. Tidaklah Allah menjadikan bagi seseorang memiliki dua hati dalam satu tubuhnya. Begitu juga dikatakan: “Ilmu tidak akan memberikan kepadamu sebagiannya sampai engkau memberikan kepadanya seluruh apa yang engkau miliki.”

6. Peringatan

Jauhilah engkau dari menyibukkan diri di awal menuntut ilmu dengan perbedaan pendapat antara para ulama’ atau antara manusia sama sekali. Karena hal itu dapat membuat bingung fikiran dan mengejutkan fikiran. Begitu juga jauhi dulu kitab-kitab yang panjang berjilid-jilid, karena hal itu dapat menyia-nyiakan waktumu dan memecah fikiranmu. Akan tetapi berikanlah sebuah kitab yang dapat engkau membacanya atau sebuah bidang ilmu yang dapat engkau mengambilnya dengan kemampuanmu sampai engkau mutqin dengannya. Dan jauhilah dari berpindah-pindah dari kitab yang satu ke kitab yang lainnya tanpa ada kebutuhan yang mendesak, karena sesungguhnya hal itu tanda kebosanan dan tidak ada keberhasilan. Dan wajib bagi engkau untuk memperhatikan semua ilmu dari yang paling penting kemudian yang penting.

7. Kokoh dan Mutqin

Bersemangatlah dalam membenarkan dari apa-apa yang ingin engkau menghafalnya dengan pembenaran yang mutqin. Apakah itu kepada Syaikh ataupun kepada selainnya yang dapat membantumu. Kemudian hafalkanlah dengan hafalan yang sempurna, lalu perbanyaklah dari mengulang-ulangnya dan berkomitmen dalam hal itu di setiap waktu-waktu yang ditentukan setiap hari, agar engkau tidak lupa dari apa yang sudah engkau hafal.

8. Menelaah Kitab-Kitab

Setelah engkau menghafal kitab-kitab ringkas dan engkau memutqinkannya bersama penjelasannya dan engkau mencermati di dalamnya dari permasalahan-permasalahan dan faidah-faidah yang penting, maka berpindahlah ke pembahasan yang melebar dengan selalu menelaah kitab-kitab dan memberi catatan dengan apa-apa yang lewat di depanmu dari faidah-faidah yang penting, permasalahan-permasalahan yang rinci, cabang-cabang permasalahan baru, penyelesaian masalah-masalah, dan pembeda dari hukum-hukum yang mutasyabih (samar), yaitu dari seluruh macam-macam ilmu. Dan janganlah meremehkan sebuah faidah yang engkau dengar atau sebuah kaidah yang engkau tangkap, tetapi bersegaralah untuk memberinya catatan dan hafalkanlah.

Hendaklah kesungguhanmu dalam menuntut ilmu tinggi. Maka janganlah merasa cukup dengan ilmu yang sedikit bersama ada kemungkinan untuk mendapatkan yang lebih banyak. Dan janganlah merasa puas dengan warisan para Nabi shalawatullahi ‘alaihim yang baru sedikit. Dan janganlah mengakhirkan mengambil faidah padahal engkau mampu mengambilnya. Dan jangan sampai harapan dan penundaan menyibukkanmu darinya. Sesungguhnya menunda-nunda itu adalah penyakit. Karena apabila engkau mendapatkannya di waktu sekarang, engkau akan mendapatkannya di waktu yang kedua di kesempatan lain.

Pergunakanlah waktu longgarmu, waktu semangatmu, waktu sehatmu, gemilangnya masa mudamu, cerdasanya fikiranmu, dan sedikitnya kesibukan-kesibukanmu sebelum datangnya gejala-gejala pengangguran dan halangan-halangan kepemimpinan.

Dan hendaklah engkau memperhatikan dalam mendapatkan kitab-kitab yang dibutuhkan dengan kemampuanmu, karena itu adalah alat untuk meraih hasil. Dan janganlah menjadikannya dari mendapatkan dan banyaknya tidak memberikan faidah bagi ilmumu dan dari mengumpulkannya tidak memberikan kefahaman bagimu. Akan tetapi engkau harus mengambil faidah darinya sesuai dengan kemampuanmu.

9. Memilih Teman

Bersemangatlah menjadikan teman yang shalih orangnya, banyak menyibukkan diri dengan ilmu, bagus tabiatnya, dapat membantumu untuk mendapatkan tujuanmu, dapat membantumu untuk menyempurnakan faidah-faidahmu, menyemangatimu untuk terus menuntut ilmu, meringankan kebosanan dan kelelahanmu, terpercaya dengan agamanya, amanahnya, dan akhlaknya mulia, dan penasehat karena Allah tanpa bermain-main dan lalai. Silahkan lihat kitab Tadzkiratus Sami’ karya Ibnu Jama’ah.

Dan jauhilah teman yang buruk. Sesungguhnya “akhlak Ayah itu menurun kepada anaknya” (ungkapan), tabiat itu dapat berpindah, karakter itu adalah curian, dan manusia adalah seperti segerombol burung-burung yang tabiat mereka terbentuk menyerupai satu sama lain. Maka berhati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena hal itu adalah penyakit. Dan mencegah lebih baik daripada mengobati.

10. Beradab dengan Guru

Atas dasar bahwasanya ilmu pertama kali tidak diambil dari kitab-kitab, tetapi harus diambil dari seorang guru yang engkau memutqinkan darinya kunci-kunci menuntut ilmu, agar engkau selamat dari ketergelinciran, maka engkau harus beradab kepadanya. Karena sesungguhnya hal itu merupakan tanda keberhasilan, kesuksesan, meraih hasil, dan taufiq. Maka engkau harus menghormati gurumu, memuliakannya, menjaga ucapan kepadanya, dan berlemah lembut kepadanya. Ambillah seluruh adab kepada gurumu ketika engkau bermajelis dengannya, berbicara kepadanya, bertanya kepadanya dengan bagus, mendengarkannya, dan beradab yang bagus ketika membuka kitab di depannya.

Dan jauhilah sikap angkuh dan berdebat di depannya, tidak mendahuluinya dalam berbicara atau berjalan atau memperbanyak bicara ketika bersamanya atau memotong pembicaraannya dan pelajarannya dengan perkataanmu atau mendesaknya untuk terus menjawab. Jauhilah banyak bertanya, terlebih di hadapan orang-orang banyak, karena hal itu dapat membuatmu angkuh dan membuatnya jenuh. Dan janganlah engkau memanggilnya dengan menyebut namanya saja atau julukannya saja, akan tetapi katakanlah: “Yaa Syaikhiy (Wahai guruku)” atau “Yaa Syaikhuna (Wahai guru kami)”.

Apabila nampak bagimu ada kesalahan dari gurumu atau sangkaan, maka janganlah hal itu menjadikannya jelek di matamu, karena itu adalah sebab engkau tidak akan mendapatkan ilmu darinya. Dan siapa yang bisa terbebas dari kesalahan?! Silahkan lihat kitab Hilyah Thalibil ‘Ilmi karya Syaikh Bakr Abu Zaid.

Kami minta kepada Allah untuk kami dan untukmu taufiq dan keteguhan. Dan semoga Allah memperlihatkan kepada kita pada hari ini yang engkau berada di atasnya orang yang ‘alim dari para ulama’ yang rabbani, ahli dalam ilmu agama Allah, dan imam dari para imam-imam orang-orang yang bertaqwa. Aamiin.. aamiin.. dan semoga bisa berjumpa lagi.. wassalam..

Dijawab oleh: Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah

Diterjemahkan dari: https://islamqa.info/ar/answers/10324/

Alih Bahasa: Abahe Yazid

Artikel: www.pelajarmuslim.org

Komentar
0 Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar